ASKEP BERSALIN PADA IBU HAMIL


ASKEP INTRA NATAL PADA IBU HAMIL
A.  Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan Uri), yang dapat hidup di dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir/dengan jalan lain dengan bantuan/tanpa bantuan.
B.  Beberapa Istilah Yang Ada Hubungan Dengan Persalinan/Partus
1.     Partus spontan : bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu.
2.     Partus buatan : bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3.     Partus anjuran
C.  Istilah-Istilah Berdasarkan Umur Kehamilan
1.     Abortus (keguguran) adalah terghentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup (viables), berat janin > 100g, tua kehamilan > 28 minggu.
2.     Partus Prematuras adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan antara 28 – 36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 – 2500gr
3.     Partus matures atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37 – 40 minggu janin matur, berat badan diatas 2500 gram.
4.     Partus postmatur (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur.
5.     Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas kendaraan, dll.
6.     Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tenaga ada atau tidaknya disproporsi sepalopelvik.
D.  Istilah-Istilah Yang berhubungan Dengan Kehamilan dan Persalinan
1.     Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2.     Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
3.     Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
4.     Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali.
5.     Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (5 kali)
6.     Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup/mati.
E.   Sebab-sebab persalinan
Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan.
1.     Teori penurunan hormon.
1 –2 mgg sebelum portus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2.     Teori plasenta menjadi tua
Plasenta tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3.     Teori dissensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uterus-plasenta.
4.     Teori iritasi mekanik
Di belakang servix terletak ganglion servikale (fcexus frankenhauser). Bila ganglion ini di geser dan tekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5.     Induksi partus yaitu dengan jalan :
a.      Gangan laminaria
b.     Amniotomi
c.      Oksitosin drips.
Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu :
Faktor hormonal yang menyebabkan peningkatan kopntraksi uterus
1)     Rasio estrogen terhadap progesterone
Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sedangkan estrogen cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi karena estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos uterus yang berdekatan. Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke-7 dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasioestrogen terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraksi uterus.
2)     Pengaruh oksitosin pada uterus
Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofise yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. 3 alasan peranan oksitosin :
(a)   Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitoksin, oleh karena itu meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama beberapa bulan terakhir kehamilan.
(b)  Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofise sangat meningkat pada saat persalinan.
(c)   Iritasi oleh regangan pada serviks uteri, dapat menyebabkan kelenjar hipofise posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya.
3)     Pengaruh hormon fetus pada uterus
Kelenjar hipopisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang jumlahnya semakin meningkat, dan kelenjar adrenalnya mensekresikan sejumlah besar kortisol yang merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus melepaskan prostagladin dalam kosentrasi tinggi pada saat persalinan. Prostagladin meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Faktor mekanis yang meningkatkan kontraktilitas uterus
(a)   Regangan otot-otot uterus
Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot tersebut. Selanjutnya regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-ulang pada uterus karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi otot polos.
(b)  Regangan atau iritasi serviks
Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi iogenik sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.
F.   Tanda-tanda Pert6ttttmulaan Persalinan
1.     Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
2.     Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun
3.     Perasaan sering-sering atau susah kencing (polakisuri) karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah janin.
4.     Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang-kadang disebut “false labor paints”.
5.     Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah.
G.  Tanda-tanda In Partu
1.     Rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur.
2.     Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3.     Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.     Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan selesai
H.  Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persalinan
1.     Kekuatan mendorong janin keluar (power)
His (kontraksi uterus)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung amnion ke arah segitiga, bawah rahim dan serviks.
Sifat-sifat His
a.      Kontraksi simetris dan terkoordinasi
b.     Fundus dominan kemudian diikuti dengan relaksasi
c.      Involunter, intermitten
d.     Terasa sakit, kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis.
Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar tentang His :
1)     Frekuensi : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya per 10 menit
2)     Amplitudo/intensitas : adalah kekuatan his diukur dalam satuan mmHg
3)     Aktivitas his : adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik.
4)     Durasi his : adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik
5)     Datangnya his : apakah datangnya sering, teratur dan tidak
6)     Interval : adalah masa relaksasi
7)     Perubahan-perubahan akibat His
8)     Kontraksi otot-otot dinding perut
9)     Kontraksi diafragma
2.     Faktor janin
a.      Janin pada usia kehamilan 36 minggu sudah masuk PAP.
b.     Plasenta
c.      Cairan amnion yang mulai dihasilkan usia kehamilan 10-36 minggu dengan jumlah normal 1000 cc
3.     Faktor jalan lahir
a.      Panggul
b.     Otot-otot dasar panggul
c.      Uterus

I.     Persalinan dibagi dalam 4 kala
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase yaitu :
a.      Kala I
1.     fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dalam 7 – 8 jam.
2.     Fase aktif : berlansung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase:
a)     Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
b)     Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c)     Periode deselarasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
b.     Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2 – 3 mnt sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah terkanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengendan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasa seperti mau buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ -2 jam, pada multi 1 ½ -1 jam.
c.      Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 mnt seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 mnt setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
d.     Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum

PERSALINAN KALA I
  1. Pengertian
Inpartu ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah, karena serviks mulai membuka, dilatasi dan mendatar. Persalinan kala I dimulai setelah his adekuat dan serviks membuka lengkap 10 cm. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka
  1. Tanda dan gejala persalinan kala I
1.     His sudah adekuat
2.     Penipisan dan pembukaan serviks sekurang-kurangnya 3 cm
3.     Keluarnya cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
4.     Sering BAK
5.     Akhir kala I primigravida keluar darah menetas
  1. Fase-fase kala I
1.     Fase laten : berlangsung 7 – 8 jam
Perubahan fisiologis
a.      His interval 10 – 15 menit yang lamanya 20 -40 detik
b.     Pembukaan serviks 0 – 3 cm
Perubahan psikologis
a.      Respons positif karena kehamilan akan berakhir
b.     Adanya perasaan khawatir dan ambivalen
c.      Masih dapat menerima arahan dan bimbingan
d.     Nyeri pinggang perut bagian bawah tembus ke belakang
2.     Fase aktif : berlangsung 6 jam, dibagi 3 sub fase yaitu :
a.      Periode akselerasi
1)     Perubahan fisiologis
a)     His interval 30 menit, frekuensi 40 – 60 detik
b)     Pembukaan serviks 3 – 4 cm, berlangsung selama 2 jam
2)     Perubahan psikologis
a)     Nyeri meningkat, membutuhkan perhatian mulai tekhnik bernapas dan relaksasi
b)     Mengharapkan dukungan moril juga cemas semakin meningkat
b.     Periode dilatasi
1)     Perubahan fisiologi
a)     Semakin kuat dan teratur, interval maksimal 3 menit
b)     Serviks terbuka 4 – 9 cm selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat
2)     Perubahan psikologis
a)     Cemas meningkat, nampak gelisah
b)     His kencang
c)     Menginginkan dukungan dan pengobatan, respon menurun
d)     Nyeri semakin bertambah
c.      Periode deselerasi
1)     Perubahan fisiologi
a)     His semakin kencang, tekanan 50 – 100 mmHg, lamanya 60 – 90 detik, interval 2 – 3 menit, seakan-akan tidak ada interval
b)     Pembukaan serviks 9 – 10 cm, berlangsung lambat selama 2 jam
2)     Perubahan psikologis
a)     Mudah tersinggung, putus asa, kadang minta pulang
b)     Berkeringat, menggigil, ingin mengdan
Asuhan sayang ibu (mother friendly) selama persalinan kala I
1)     Dukungan emosional
Kelahiran seorang bayi akan mempengaruhi kondisi emosionil seluruh keluarga, usahakan agar suami dan anggota keluarga yang lain dilibatkan dalam proses persalinan ini. Usahakan agar mereka melihat, mendengar, dan membantu jika dapat. Perwatan dan pemahaman dari sudut penolong persalinan akan membuat keluargamemahami pentingnya persalinan. Ibu akan merasa nyeri dan menderita jika ia khawatir tentang proses persalinannya atau jika ia mempunyai masalah sebelum bertemu dengan penolong persalinan. Jadi tetaplah tenang dan yakinkan mereka walaupun mungkin merasa kuatir dan cemas.
2)     Pengaturan posisi
Usahakan ibu yang sedang dalam proses persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, ia dapat berjalan, duduk, jongkok, berlutut dan berbaring, berjalan, duduk, jonkok, akan membantu turunnya kepala janin. Anjurkan ibu untuk terus berjalan dan bergerak, anjurkan ibu untuk tidak berbaring telentang pada punggungnya. Tujuannya adalah agar tekanan uterus pada pembuluh darah akan menurunkan suplay darah oksigen ke janin
3)     Cairan
Anjurkan ibu untuk minum cairan yang mengandung nutrisi atau biasa selama proses persalinan, cairan akan memberikan tenaga dan mencegah dehidrasi yang akan dapat mempengaruhi his. Tujuannya adalah dehidrasi akan membuat ibu lelah dan menurunkan kekuatan his atau membuat his menjadi tidak teratur.
4)     Kebersihan
Infeksi yang dapat terjadi selama proses akan dapat menyebabkan kematian atau penyakit pada ibu maupun anak. Ibu hamil harus selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama persalinan. Penolong persalinan harus mencuci kedua tangannya sesering mungkin, menggunakan alat-alat yang steril atau DDT
5)     Buang air besar
Anjurkan ibu untuk buang air besar sebelum persalinan kala 2, rektum yang penuh akan menyebabkan ibu yang sedang dalam proses persalinan merasa tidak nyaman, kadang-kadang ibu membutuhkan klisma. Bila ia mengalami konstipasi saat prses kelahiran di mulai, jangan berikan klisma bila kepala janinnya belum”enganged” .
6)     Buang air kecil
Dalam proses persalinan harus berkemih setiap 2 jam atau lebih sering bila mungkin, kandung kemih yang penuh akan menghambat penurunan kepala dan membuat ibu merasa tidak nyaman

PERSALINAN KALA II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan lahirnya seluruh janin. Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa meneran. Juga terasa tekanan pada rektum dan merasa hendak buang air besar.Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Bila dasar panggul sudah mulai berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dengan his dan kekuatan meneran maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota badan bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 –60 menit, dan multipara 15-30 menit.
Tanda dan gejala :
  1. Ibu ingin meneran
  2. Perineum menonjol
  3. Vulva dan anus membuka
  4. Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
  5. Kepala telah turun didasar panggul

PERSALINAN KALA III
Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
Tanda dan gejala :
1.     Bentuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan perubahan ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada dibawah umbilikus. Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didoprong kebawah, bentuk uterus menjadi globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan ).
2.     Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.
3.     Semburan darah tiba – tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba menandakan bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.

PERSALINAN KALA IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang baru selama satu sampai dua jam.
Kala IV adalah kala pemulihan masa kritis ibu dan anaknya, bukan hanya proses pemulihan secara fisik setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang baru selama 1 – 2 jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc, bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan kekamarnya.

Penangan nyeri pada ibu
1.   Pengertian nyeri
Nyeri merupakan suatu fenomena yang neurofisiologis yang berfat subyektif dan merupakan pengalaman pribadi.
2.   Proses nyeri
Uterus dipersyarafi oleh saraf simpatis, parasimpatis, dan serebrospinal dimana saraf tersebut mempersarafi endometrium dan miometrium. Saraf simpatis menimbulkan kontraksi dan vasokontriksi, sedangkan saraf parasimpatis mencegah kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Saraf yang berasal dari torakal 10 – 12 mengandung saraf sinsoris dari uterus dan meneruskan rasa nyeri dari uterus kepusat saraf sensoris dari servikal dan bagian atas vagina melalui saraf sakral 2,3 dan 4.
3.   Teknik mengurangi nyeri
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perawat – bidan dalam membantu pasien mengurangi rasa nyeri pada saat melahirkan :
a.      Kenyamanan
Kenyamanan ini meliputi posisi dan pengelolahan selama rasa sakit. Posisi dianjurkan miring kekiri untuk menghindari penekanan pada vena cava kepala ditinggikan 45 derajat agar kerja jantung dan paru ringan. Sedangkan pengelolahan selama rasa sakit meliputu pengosongan kandungan kemih, kebersihan, alat tenun yang rapi dan kering. Mengingat ibu dianjurkan untuk ekspirasi lewat mulut, sehingga perlu menganjurkan ibu untuk kumur – kumur atau basahi dengan lemon gliserin.
b.     Relaksasi
Cara yang mudah untuk meningkatkan relaksasi adalah dengan mengajarkan kepada ibu untuk bernafas dalam dan mengeluarkan melalui mulut saat ekspirasi. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
1)     Pembukaan 3 cm
Nafas dalam 6 – 9 kali permenit, inspirasi dari hidung dan ekspirasi dari mulut secara berlahan – lahan. Pusatkan perhatian pada satu fokus dengan mata terpejam. Pada saat ini suami pasien dapat berpartisipasi dengan membantu pasien untuk alih baring.
2)     Pembukaan 4 – 7 cm
Nafas dalam 16 kali permenit, pada saat inspirasi lengan diangkat kearah kepala untuk menjauhkan peritonium dari rangsangan uterus.
3)     Pembukaan 8 - 10 cm
Fase ini dikenal dengan fase transisi. Pada saat ini sangat sulit untuk mengontrol pernafasan, sehingga dianjurkan pada ibu untuk bernafas dengan pola 4 : 1, 6 : 1, atau 8 : 1. Caranya yaitu inspirasi pendek – pendek dari hidung sebanyak 4,6 atau 8 kali lalu diakhiri dengan ekspirasi yang panjang 1 kali secara perlahan – lahan melalui mulut.
Cara lain yang dilakukan dalam metode relaksasi adalah melalui cara massage. Ada beberapa cara massage yang dapat dilakukan :
1)     Effleurage
Pasien dalam posisi berbaring atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakan melingkar dari arah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan melingkar satu arah. Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh pasien.
2)     Deep back massege
Ibu bebaring miring, lalu perawat – bidan atau suami pasien menekan daerah sakrum secara mantap semantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.
3)     Firm conterpresure
Ibu dalam posisi duduk kemudian perawat – bidan atau suami pasien menekan sakrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap.
4)     Abdominal lifting
Baringkan ibu dalam posisi terlentang dan kepala agak tinggi, letakakan kedua telapak tangan perawat – bidan pada pinggang bagian belakang pasien, lalu secara bersamaan lakukan usapan yang berlahan dan mantap kearah puncak perut, tetapi jangan menekan kearah dalam. Kemudian ulangi lagi dan begitu seterusnya.
5)     Distraction atau mengalihkan perhatian
Dalam mengatasi rasa sakit dengan cara mengalihkan perhatian pasien, perawat – bidan dapat menganjurkan ibu untuk melakukan kegiatan – kegiatan seperti membaca, bermain kartu ,membayangkan hal – hal yang membahagiakannya atau melakukan usapan secara teratur dan sering pada perut dan pinggang.
6)     Bonding dan attachment
Bonding adalah daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan bathin antara orang tua dan bayinya yang merupakan langkah awal untuk saling tertarik dan berespon antara orang tua dan bayi untuk menciptaklan kasih sayang dan menerima bayinya sebagai anggota keluarga.
Prinsip bonding adalah :
a)     Pada menit atau jam pertama sesudah kelahiran adalah mana yang paling optimal untuk dilakukan bonding.
b)     Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali bayi diberikan pada orang tua.
c)     Monotropy adalah proses yang terstruktur, diman pada sewaktu – waktu orang tua hanya dapat berespon pada satu bayi.
d)     Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda seperti gerakan tubuh dan gerakan mata.
e)     Awal penentu perkembangan masa depan.
Attachemnt adalah proses agar tetap terjadinya keterikatan bathin antara ibu dan bayi. Proses attachemnt melalui fase – fase berikut :
a)   Pendahuluan
Pada fase ini orang tua menyentuh bayinya dengan ujung jari, lalu meraba dengan telapak tangannya dan kemudian mendekap bayinya. Pada fase ini waktunya sangat bervariasi, dari beberapa menit sampai beberapa hari.
b)   Perkenalan
Pengetahuan orang tua tentang tingkah laku bayinya meningkat, adanya penguatan atau perubahan tingkat orientasi.
c)   Peraturan timbal balik antara harapan dan kebutuhan perlu adanya saling penyesuaian antara ibu dan bayi dalam hal kebiasaan sehari – hari.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN
KALA I
  1. Pengkajian
Secara Khusus :
  1. Memeriksa tanda-tanda vital.
  2. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan karakteristik yang mengambarkan kontraksi uterus :
a.      Frekwensi
b.     Internal
c.      Intensitas
d.     Durasi
e.      Tonus istirahat
  1. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan pertama dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya
  2. Pembukaan cerviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan bahwa kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan
  3. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus, letak janin, penurunan janin.
  4. Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, fetus, station.
  1. Tes diagnostik dan laboratorium
1.     Spesimen urin.
2.     Tes darah.
3.     Ruptur membran.
4.     Cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Fase laten .
a.      Nyeri b/d intensitas kontraksi.
Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
Intervensi Rasional:
1)     Menggunakan tehnik pernapasan
2)     Melakukan masage atau gosokan pada pinggang (teori gatekontrol terhadap nyeri)
3)     Menganjurkan untuk memberikan air hangat untuk mengomprtes pinggang bawah.
4)     Memberikan HE pada klien bahwa respon nyeri ini sudah indikasi positif dan memang harus ada untuk mengakhiri kala I dan mendekati kala transisi
Rasional:
1)     Tehnik pernapasan dapat meningkatkan relaksasi otot – otot abdomen dengan demikian menambah ukuran kapasitas abdomen sehingga mengurangi gesekan ( priksi ) antara uterus dan dinding abdomen.
2)     Membimbing hypnotherapy yang merupakan suatu teknik untuk mengkanter dan digunakan untuk mengalihkan perhatian ibu dari nyeri
3)     Membantu relaksasi, meningkatkan kenyamanan .
4)     Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan dan merupakan salah satu aspek sayang ibu
b.     Ketakutan b/d persalinan dan menjelang kelahiran
Tujuan : Klien akan menunjukan rasa takut teratasi.
Intervensi Rasional:
1)     Perkenalkan diri pada klien dan berikan support
2)     Komunikasikan peran seperti support perawatan dan pengetahuan perawat secara verbal dan non verbal
3)     Orientasikan klien ke lingkungan ( tempat persalinan )
Rasional:
1)     Memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada klien dan suport yang diberikan dapat menambah semangat hidup klien dalam menanti kelahiran .
2)     Ibu akan lebih mengerti dan memahami tentang persalinan, peran perawat sehingga akan mengurangi rasa takut dan klien akan tenang
3)     Orientasi terhadap lingkungan membuat klien lebih mengetahui dan dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat persalinan sehiungga akan mengurangi rasa takut
2.     Fase aktif
a.      Defisit volume cairan b/d intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : klien akan menunjukkan defisit voleme cairan adekuat
Intervensi Rasional:
1)     pertahankan kalori dan elekrolit
2)     Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual dan muntah
3)     Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 dan RL)
Rasional:
1)     Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi selama proses persalinan untuk mencegah dehidrasi
2)     Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan dengan makanan padat dan untuk mencegah dehidrasi
3)     Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elekrolit
b.     Gangguan eliminasi BAK
Tujuan : klien menunjukkan pola eliminasi BAK kembali normal
Intervensi Rasional:
1)     catat tentang jumlah dan waktu berkemih
2)     Kosongkan kandung kemih setiap 2 jam
3)     Kolaborasi pemasangan katteter
Rasional:
1)     Mengetahui output agar ibu tidak dehidrasi
2)     Kandung kemih yang penuh menimbulkan ketidaknyamanan dan turunnya bayi ke pelvis.
3)     Membentu dalam mengosongkan kandung kemih sehingga penurunan kepala bayi kepelvis tidak terhambat
c.      Cemas b/d ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada saat persalinan
Tujuan : klien akan mengungkapkan cemas teratasi
Intervensi Rasional:
1)     Jelaskan prosedur sebelum memulai melakukan tindakan
2)     Beri gambaran yang jelas tentang proses persalinan
Rasional:
1)     Mengingatkan pasien untuk mengendalikan dan mempersiapkan mentalnya, hal ini akan mengurangi kecemasan yang dialami
2)     Dengan gambaran yang jelas tentang persalinan, ibu akan lebih memahami dan mengerti tentang proses persalinan sehingga akan mengurangi perasaan takut dan pasien akan tenang
d.     Koping tidak efektif b/d kelemahan dan ketidaknyamanan dari persalinan
Tujuan : klien menunjukkan koping efektif
Intervensi Rasional:
1)     Catat secara berkala tentang perubahan tingkah laku ibu sehingga memudahkan dalam pemberian tindakan
2)     Anjurkan kepada ibu untuk konsentrasi dalam mengontrol dengan berkomunikasi
3)     Menyarankan pada suami untuk memberi semangat atau dukungan moril
Rasional:
1)     Catat secara berkala dapat mengetahui perubahan tingkah laku ibu sehingga memudahkan dalam pemberian intervensi
2)     Konsentrasi dan komunikasi yang baik akan membantu dalam intervensi yang akan dilakukan
3)     Ibu membutuhkan seseorang untuk meminta bantuan dan dorongan. Suami adalah salah seorang yang sangat penting
e.      Defisit perawatan diri b/d gangguan energi dan nyeri dalam persalinan
Tujuan : klien mampu merawat diri setelah proses persalinan
Intervensi:
1)     Lakukan teknik effleurage
2)     Anjurkan ambulasi dan posisi yang nyaman
3)     Anjurkan klien untuk beristirahat
4)     Anjurkan suami untuk memberikan bantuan dalam hal perawatan diri
5)     Berikan support dalam melakukan perawatan diri
Rasional
1)     Meningkatkan relaksasi dan kenyamanan
2)     Ambulasi dan posisi yang nyaman merupakan salah satu cara dalam melakukan rawat diri pada ibu untuk mencegah kekakuan
3)     Istirahat merupakan hal yang penting bagi ibu hamil dalam mengatasi kelelahan sehingga ibu tetap segar dan kuat
4)     Suami adalah orang yang terdekat, diharapkan mampu dalam membantu merawat istrinya
5)     Support yang diberikan akan menambah semangat ibu dalam melakukan dan meningkatkan perawatan terhadap dirinya

KALA II
  1. Pengkajian
Tanda yang menyertai kala II
1.     Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir
2.     Adanya mual, bertambahnya perdarahan
3.     Gerakan ekstremitas
4.     Pembukaan serviks
5.     His lebih kuat dan sering
6.     Ibu merasakan tekanan pada rectum
7.     Merasa ingin BAB
8.     Ketuban +/-
9.     Perineum menonjol
10.  Anus dan vulva membuka
11.  Waktu his kepala janin tampak di vulva
Lakukan  monitoring terhadap :
a.      His ( frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas )
b.     Keadaan janin ( penurunan janin melalui vagina)
c.      Kandung kemih penuh/tidak,
d.     Nadi dan tekanan darah.
12.  Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60 menit , multipara berlangsung 15 – 30 menit

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Gangguann rasa nyaman nyeri b/d mengedan dan meregangnya perineum
Tujuan : ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan rasa nyaman
Intervensi:
a.      Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri
b.     Pertahankan kiandung kemih tetap dalam keadaan kosong
c.      Pertahankan alat tenun dalam keadaan bersih, rapi dan kering
d.     Anjurkan ibu untuk kumur-kumur atau basahi bibir dengan lemon gliserin
e.      Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi selama kontraksi sangat penting
f.      Anjurkan teknik nafas dalam dan ekspirasi melaui hidung
g.     Lakukan masase ( eufflerage/ deep back massage / fi8rm counter pressure / abdominal lifting )
Rasional:
a.      Pertahankan rasa nyaman dengan pengaturan bantal untuk menyokong tubuh
b.     Menghidari penekanan pada vena cava, sehingga meningkatkan sirkulasi ke ibu maupun janin
c.      Kandung kemih yang kosong akan memperlancar penurunan bagian terendah janin dan mengurangi tekanan sehingga sirkulasi lancar
d.     Meningkatkan rasa nyaman ibu
e.      Ibu merasa segar dan nyaman
f.      Ibu mengerti dan kooperatif
g.     Nafas dalam untuk mengisi paru-paru
h.     Impuls rasa sakit diblok dengan memberikan rangsangan pada syaraf berdiameter besar sehungga gatekontrol tertutup dan rangsangan sakit tidak diteruskan kekorteks cerebra
i.       Memberikan posisi yang nyaman pada ibu dan mengurangi tekanan pada daerah punggung yang dapat mengfhambat sirkulasi kejaringan menimbulkan nyeri
2.     Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin b/d penggunaan secara tetap manuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : tidak terjadi cedera padsa ibu maupun janin
Intervensi;
a.      Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi setengah duduk dengan bahu dan pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
b.     Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah
c.      Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi
d.     Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang menyenangkan dan rileks
e.      Bila perinium menonjol, anus membuka kepala anak terlihat didepan vulva saat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai memimpin persalinan
f.      Penolong cuci tangan dan menggunakanm sarung tangan steril
g.     Jika ada dorongan untuk meneran bantulah persalinan :
1)     Melahirkan kepala
2)     Periksa lilitan tali pusat pada leher
3)     Melahirkan bahu depan dan belakang
4)     Melahirkan badan bayi
5)     Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem tersebut
6)     Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
7)     Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya janin yang lain
8)     Injeksi oksitoksin

KALA III
A.  Pengkajian
Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1.     Adanya kontraksi vunds yang kuat
2.     Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
3.     Keluarnya darah hitam dari intrauterus
4.     Terjadinya perpanjangan tali pusat sebagai akibat plasenta akan keluar.
5.     Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau rektal , atau membran fetus terlihat pada introitus)
B.  Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai , curah jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan:
1.     Suhu, nadi, dan pernafasan
2.     Pemeriksaan terhadap perdarahan : warna darah dan jumlah darah
C.  Tanda-tanda masalah potensial
Saat praktisi keperawatan primer mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan

D.  DIAGNOSA PERAWATAN
1.     Koping individu tidak efektif b./d. selesainya proses persalinan yang berbahaya bagi neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap ketigha persalinan
Tujuan : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta
Intervensi:
a.      Jelaskan pada ibu dan suaminya apa yang diharapkan dalam tahap ke 3 dari persalinan
b.     Pertahankan posisi ibu
c.      Tanyakan pada ibu jika ia ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
Rasional:
a.      Kerjasama yang baik akan memberikan rasa nyaman pada ibu
b.     Untuk mempercepat lahirnya plasenta
c.      Mengikuti kebiasan budaya tertentu
2.     Kelelahan b/d pengeluaran energi selama persalinan dan kelahiran
Tujuan : energi ibu pulih kembali
INTERVENSI;
a.      Ajarkan ibu dan suaminya tentang perlunya istirahat dan tentukan waktu-waktu tertentu untuk istirahat dan tidur
b.     Untuk memastikan bahwa ibu dapat memulihkan energi yang hilang dalam persiapan untuk merawat bayi baru lah
Rasional:
a.      Observasik tingkat kelelahan ibu dan jumlah istirahat yang seharusnya
b.     Untuk memastikan pemulihan energy
3.     Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang salam proses persalinan
Tujuan : keseimbangan cairan diperetahankan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi
INTERVENSI:
a.      Monitor kehilangan cairan(darah urtine, pernafasan ) dan tanda-tanda vital, inspeksi turgor kulit dan membran mukosa terhadap kekeringan
b.     Berikan cairan secara oral/parenteral sesuai anjuran dokter
c.      Monitor keras lembutnya uterus setelah lepasnya plasenta
d.     Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter
Rasional:
a.      Untuk menilai status hidrasi.
b.     Untuk mempertahankan hidrasi
c.      Untuk memastikan kontraksi uterus yang adekuat dan mencegah kehilangan darah lebih lanjut
d.     Untuk membantu kontraksi uterus

KALA IV
  1. Pemeriksaan pada kala IV
1.     Tanda-tanda vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti : pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
2.     Pemeriksaan fundus dan tingginya,selama waktu itu pengosongan kandung kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.
3.     Kandung kemih. Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan retensi kandung kencing jika klien tidak bisa kencing.
4.     Lochia. Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan bekuannya.
5.     Perineum. Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum.
6.     Temperatur. Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan dehidrasi atau kelelahan.
7.     Kenyamanan. Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak nyamanannya
8.     Tanda-tanda potensial masalah. Karena pendarahan dapat menyebabkan potensial masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial komplikasi

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.     Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uterus setelah melahirkan
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi sampia klien pulang
INTERVENSI
a.      Monitor VS, warna kulit, dan tonus uterus
b.     Kaji posisi uterus dan lokhia yang keluar,
c.      Kaji distansia kandung kemih
d.      masagge vundus uterus
Rasional:
a.      Penting untuk mengidentifikasi perubahan dalam vital sign dan tonus uterus segara untuk menghentikan perdarahan post
b.     Jika fundus tidak dirasakan pada pertengahan setinggi umblikus, ini menunjukan distansia blas
c.      Distansia blas dapat mendorong uterus ke luar dari tempatnya dan menambah atonia uterus
d.     Masase fundus uterus merangsang otot-otot uterus untuk berkontraksi
2.     Nyeri b/d terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalinan
Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi sebelum pulang, nyeri berkurang sampai hilang
INTERVENSI:
a.      Anjurkan untuk merubah posisi selang seling dan menghindari duduk untuk beberapa waktu
b.     Berikan bantal untuk alas ketika duduk dikursi
c.      Pemberian analgetik sesuai program dokter
Rasional:
a.      Tekanan dari tempat satu posisi dapat menyebabkan bertambahnya nyeri. Beri penjelasan mengenai rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan halus
b.     Untuk meningkatkan kenyamanan
c.      Analgetik bekerja pada bagian atas otak untuk mengurangi rasa nyeri
3.     Tidak efektifnya menyusui b/d kurangnya pengalaman
Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi klien dapat mengerti dan bisa melaksanakan sesuai dengan cara-cara menyusui yang baik
INTERVENSI:
a.      Kaji tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menyusui yang baik
b.     Kaji konsistensi payudara dan lakukan massage
c.      Anjurkan ibu untuk menyusuai bayinya sesering mungkin
d.     Berikan penjelasan pada ibu tentang pentingnya perawatan payudara
Rasional:
a.      Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu dalam menyusui bayinya sehingga kita dapat membantu tentang bagaimana teknik menyusui yang baik.
b.     Apakah terjadi bendungan pada payudara dan untuk merangsang pembentukan asi, sehingga mengatasi bendungan
c.      Isapan bayi merangsang oksitosin sehingga m,erangsang refleks let down yang menyebabkan ejeksi asi ke sinus alktiferus kemudian duktus yang ada pada putting / areola
d.     Untuk memotivasi ibu dalam melakukan perawatan payudara secara dini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments