ASKEP Tumor Ovarium
Definisi
Tumor
adalah massa padat besar, meninggi, dan berukuran lebih dari 2 cm (Corwin,
2000). Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium. Tumor Ovarium
padat adalah neoplasma.
Tumor ini
dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20
kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensinya keras,
terdiri dari dari jaringan ikat, jaringan kolagen dan kadang ada degerasi
hialin, warnanya merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang
konsistensinya memang betul-betul keras disebut fibroma durum; sebaliknya ada
yang cukup lunak dan disebut fibroma molle.
√
Klasifikasi Tumor Ovarium :
1. Tumor Non neoplastik
a. Tumor
akibat radang : termasuk disini abses ovarial, abses tuba ovarial, dan kista
tubo-ovarial.
b. Tumor
Lain
1. Kista folikel
Kista ini
berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang stelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Cairan
dalam kista jernih dan seringkali mengandung estrogen; oleh sebab itu kista
kadang-kadang menyebabkan gangguan haid.
2. Kista korpus luteum
Kista korpus luteum dapat menimbulkan
gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur.
3. Kista Lutein
Kista biasanya bilateral
dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel
menghilang karena atresia.
4. Kista
inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi
dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel germinativum pada permukaan
ovarium.
5. Kista
endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
6. Kista
Stein-Leventhal
Disebabkan oleh gangguan
keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan ovulasi; oleh
karena endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometris
sering ditemukan.
2. Tumor Ovarium Neoplastik jinak
a. Tumor Kistik
1. Kistoma Ovarii simpleks
Kista
yang permukaannya rata dan halus biasanya bertangkai seringkali bilateral dan
dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih yang serosa dan
berwarna kuning.
2. Kistadenoma musinosum
Asal tumor
ini belum diketahui dengan pasti, menurut meyer, ia mungkin berasal dari suatu
teratoma dimana dalam pertumbuhannya suatu elemen mengalahkan elemen-elemen
yang lain.
3. Kistadenoma ovarii serosum
Kista
berasal dari epitel germinativum, bentuk kista unilokular, kista ini dapat
membesar.
4. Kista dermoid
Teratoma
kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna dan lebih
menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding kista keabu-abuan dan agak
tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan padat.
b. Tumor Solid (Tumor Ovarium
yang padat dan jinak)
1. Fibroma Ovarii
Semua tumor ovarium yang
padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa mereka itu
semuanya neoplasma yang ganas, meskipun semuanya mempunyai potensi maligna.
Potensi menjadi ganas ini sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat
rendah pada fibroma ovarii dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang
padat. Fibroma ovarii berasal dari elemen-elemen fibroblastik stroma ovarium
atau dari beberapa sel mesenkhim yang multipoten.
2. Tumor
Brenner
Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang
ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Angka
frekuwnsinya ialah 0,5% dari semua tumor ovarium. Penyelidikan yang terkhir
memberi petunjuk bahwa sarang-sarang tumor brenner dari epitel selonik duktus
mulleri.
B. ETIOLOGI
Tumor
ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beranekaragam, dapat
berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal dan mesodermal) dengan
sifat-sifat histologis maupun klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Relatif sering ditemukan pada wanita usia lanjut. Pemakaian obat yang
menyuburkan kandungan bagi wanita yang sulit hamil justru dapat mengakibatkan
tumbuhnya tumor ovarium, karena ada perubahan pembuluh darah akibat ovulasi
berlebihan yang dipicu obat penyubur kandungan. Tetapi penyebab tumor ovarium
disebabkan oleh multifaktor.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda
dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus
meningkat, darah menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang banyak
(menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman
pada abdomen, dispepsia, tekanan pada pelvis, dan sering berkemih.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejal
gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui harus dievaluasi.
Flattulenes, rasa begah setelah makan makanan keci, dan lingkar abdomen yang
terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.
Sebagian
sel kanker mengeluarkan penanda-penanda (marker)
sel. Penanda-penanda tersebut adalah zat spesifik yang dikeluarkan oleh tumor
ke dalam darah, urin, atau cairan spinalis pada seseorang yang mengidap kenker.
Penanda sel tumor merupakan antigen spesifik yang terdapat di sel kanker.
Sebagian antigen tumor serupa dengan antigen janin dan disebut antigen
onkofetal (onko berarti tumor). Karena sering tidak merangsang respons imun,
maka antigen-entigen janin tersebut sering menyamarkan tumor dari sistem imun
penjamu (Corwin, 2000).
Adanya
tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut. Tekana
terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya
dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid yang tidak seberapa besar, tetapi
di depan uterus dapat menekan kandung kencing dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga
perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai. Pada tumor
yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Pada
umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon. Sebuah
tumor sel granulosa dapat menimbulkan hipermenorea, dan arhenoblastoma dapat
menyebabkan amenorea.
E. DIAGNOSIS
Setiap
pembesaran ovarium harus diselidiki. Melihat topografi ovarium hampir tak
memungkinkan kita melakukan deteksi dini tumor ganas ovarium oleh karena
letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang
biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan
pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan sekitar.
2. Gejala diseminasi/ penyebaran yang
diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites.
3. Gejala hormonal yang bermanifestasi
sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme; intensitas gejala
ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan
mendapatkan tumor atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi
mulai dari yang kistik sampai yang solid (padat). Kondisi yang sebenarnya dari
tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Pemakaian USG
(Ultra Sono Graphy) dan CT-Scan (Computerised axial Tomography Scanning) dapat
memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya sebelum
pembedahan.
F. PATHWAY
Genetik Faktor umur Bakteri,
virus Obat Penyubur
Kandungan
Tumor Ovarium
Pre Op Post
Op
Keganasan Penekanan intra Trauma Efek
Tumor abdomen jaringan Anestesi
Gg.sirkulasi Penekanan VU Pintu msk Sal.Pncrnaan
Kuman Sal.per
Pdarahan dlm Retensi urin Pe↓an mobi nafasn
Kistoma Resti litas sal.pnc
Gg.Eliminasi Infeksi ernaan Gg.
Tarikan Sirku
Peritoneum nausea, lasi
Vomitus,
Nyeri anoreksia
Gg.Pola tidur Gg.nutrisi
Kurang
dr
kbtuhan
G. PENATALAKSANAAN.
Dapat
dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan operasi dan
tumor nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor ovarium yang tidak memberi
gejala/ keluhan pada penderita dan yang besarnya tidak melebihi jeruk nipis
dengan diameter kurang dari 5cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista
folikel atau kista korpus luteum, jadi tumor nonneoplstik. Tidak jarang
tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang,
sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan
ovarium kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab
itu, dalam hal ini hendaknya diambil sikap menunggu selama 2 sampai 3 bulan,
sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika selama waktu
observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor itu bersifat neoplastik, dan
dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan
operatif pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan
tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan
tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan
ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-ooforokistektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah
tumor ditemukan pada satu atau pada dua ovarium. Pada operasi tumor ovarium
yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui apakah ada keganasan atau
tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section)
oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian apakah tumor ganas
atau tidak.
Jika
terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan
salpingo-ooforokistektomi bilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih
ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah
(misalnya tumor sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil
resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 1999).
H. KOMPLIKASI
Perdarahan
ke dalam kista biasanya terjadi
sedikit-sedikit, sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista,
dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi, kalau
perdarahan terjadi sekonyong-konyong dalam jumlah yang banyak, akan terjadi
distensi cepat dari kista yang menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran
tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih
akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya. Kondisi yang mempermudah
terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada kehamilan uterus yang membesar
dapat mengubah letak tumor, dan karena sesudah persalinan dapat terjadi
perubahan mendadak dalam rongga perut.
Putaran
tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini jarang bersifat
total. Adanya putaran tangaki menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infudibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa
sakit. Perlu hal ini diperhatikan pada pemeriksaan. Karena dengan akibat
pembesaran tumor dan terjadinya perdarahn di dalamnya. Jika dan tidak diambil
tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan terjadi perlahan-lahan,
tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru untuk tumor
tersebut. Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor parasit
atau tumor pengembara.
Infeksi
pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman patogen, seperti
appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek
dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa nyeri akibat
robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan
bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum, dan menimbulkan rasa
nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan
dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan implantasi sel-sel kista
pada peritoneum. Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan musin yang mengisi rongga
perut dan menyebabkan perlekatan-perlekatan dalam rongga perut. Keadaaan ini
dikenal dengan nama pseudomiksoma peritonei.
Perubahan
keganasan dapat terjadi pad beberapa kista jinak, seperti kistadenomaovarii
serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista dermoid. Oleh sebab itu,
setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu dilakuka pemeriksaan
mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak sebar (metastasis) memperkuat
diagnosis keganasan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna
untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk
menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan letak dan batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium,
atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk
menentukan adanya hidrothoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang
dapat dilihat adanya gigi dalam tumor. Penggunaan foto Rontgen pada pielogram intravena dan pemasukan bubur barium
dalam kolon sudah disebut diatas.
4. Parasentetis
Telah disebut pada pungsi
asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan
tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista
tertusuk.
J. PENGKAJIAN DATA DASAR FOKUS
Pengkajian fokus pada Tumor
Ovarium menurut Doengoes (2001 : 4) adalah :
1. Aktivitas/istirahat
- melaporkan kelemahan, keletihan,
kurang energi
2. Sirkulasi
- TD menurun : takikardi
3. Eliminasi
- Retensi urin
4. Integritas ego
- stress mungkin sangat cemas dan
ketakutan
5. Makanan/ Cairan
- anoreksia, perubahan pada kelembaban/ turgor
kulit
6. Neurosensori
- pusing
7. Nyeri dan ketidaknyamanan
- melaporkan nyeri perut bagian
bawah
8. Pemeriksaan diagnostik
- USG terlihat tumor ovarii
K. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan
dengan terdapatnya tumor (benda asing) pada ovarium
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan nyeri berkurang, dengan kriteria hasil :
-
Klien
tampak tenang.
-
Klien
melaporkan nyeri berkurang
-
Ekspresi
wajah tampak rileks
-
TTV
dalam rentang normal TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37°C; N : 80-100 x/menit; RR
: 18-24 x/menit.
Intervensi :
a. Kaji lokasi, sifat, karakteristik, tipe,
dan durasi nyeri
R : Menentukan intervensi yang
tepat
b. Hilangkan faktor-faktor yang menghasilkan
nyeri
R : Ansietas yang berlebihan
dapat mengakibatkan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R : Mengurangi nyeri secara non
farmakologis
d. Pantau TTV
R : Mengidentifikasi nyeri akut
e.
Kolaborasi pemberian anlgetik
R : Mengurangi nyeri secara farmakologis
2. Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurangnya informasi tentang proses
perjalanan penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan kecemasan berkurang, dengan kriteria hasil :
-
Ekspresi
muka klien tampak rileks dan tenang
-
Klien
mendapatkan informasi yang benar tentang proses perjalanan penyakitnya
-
Klien
melaporkan kecemasan berkurang
-
TTV
dalam rentang normal : TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37°C; N : 80-100 x/menit;
RR : 18-24 x/menit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan penyebab ansietas
R : Menentukan intervensi
sesuai tingkat dan faktor penyebab
b. Pantau respon verbal dan non verbal
R : Menandakan tingkat rasa
takut yang sedang dialami klien
c. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan non
verbal, beri kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan
R : Pengetahuan akan membantu mengatasi
apa yang sedang terjadi
d. Pantau TTV
R : Stress mengaktifkan sistem
adrenokortikal yang meningkatkan retensi reabsorbsi Na dan meningkatkan
ekskresi K
3.
Gangguan sirkulasi berhubungan dengan hipotensi, peningkatan frekuensi nadi,
penurunan tekanan nadi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
diharapkan kondisi TTV klien membaik, dengan kriteria hasil :
-
TTV
dalam rentang normal : TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37°C; N : 80-100 x/menit;
RR : 18-24 x/menit.
-
Input
dan output cairan adekuat
Intervensi :
a. Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta
sifat kehilangan darah
R : Perkiraan
kehilangan darah membantu membedakan diagnosa.
b. Kaji TTV
R :
Peningkatan frekuensi nadi dan suhu, TD dapat menandakan penurunan volume sirkulasi
1. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan terdapatnya tumor pada ovarium
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi,
dengan kriteria :
-
Hb /
Ht : normal
-
Nafsu
makan meningkat
-
Tingkat
energi tepat
Intervensi
:
a. Anjurkan makan makanan tinggi protein, zat
besi dan vitamin C bila masukan oral tidak dibatasi
R : Protein
membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi jaringan baru zat besi untuk sintesis
Hb, Vit.C memudahkan absorbsi zat besi
b. Tingkatkan masukan sedikitnya
2000ml/hari, jus, sup, cairan nutrisi lain
R :
Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi kebutuhan metabolisme serta
menggantikan kehilangan cairan
c.
Anjurkan makan makanan sedikit tapi sering
R
: Mengurangi nyeri / rasa sakit pada abdomen
d.
Anjurkan tidur / istirahat adekuat
R :
Menurunkan lagu metabolisme memungkinkan nutrien dan O2 untuk digunakan dalam
proses pemulihan
e.
Kolaborasi pemberian preparat zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi
R : Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau
defisiensi bila ada
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
proses penyakit
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pola tidur klien membaik, dengan
kriteria :
-
Pasien
melaporkan perbaikan dalam pola tidur / istirahat
-
Kelelahan
/ kelemahan berkurang
-
Pasien
tidur dengan jumlah jam yang cukup
Intervensi
:
a. Kaji kebiasaan tidur klien
R :
Menentukan intervensi yang tepat
b.
Mengurangi kebisingan
R
: Klien dapat tidur dengan nyaman
c. Anjurkan menggunakan tehnik relaksasi
napas dalam
R
: Membantu memberi kenyamana tidur.
0 komentar:
Posting Komentar