ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR OTAK






A.    Definisi
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000).
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku ajar patofisiologi)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

B.    Anatomi Fisiologi
Susunan saraf adalah sistim yang mengontrol tubuh kita yang terus menerus menerima, menghantarkan dan memproses suatu informasi dan bersama sistim hormon, susunan saraf mengkoordinasikan semua proses fungsional dari berbagai jaringan tubuh, organ dan sistim organ manusia.
1.     Susunan saraf sadar (Voluntary nervous system) mengontrol fungsi yang dikendalikan oleh keinginan atau kemauan kita. Saraf ini mengontrol otot rangka dan menghantarkan impuls sensori ke otak. Melalui saraf ini kita dapat melakukan gerakan aktif dan menyadari keadaan diluar tubuh kita dan secara sadar mengendalikannya.
2.     Susunan saraf otonom/ tak sadar (automatic nervous system) saraf ini menjaga organ tubuh bagian dalam supaya berfungsi dengan baik seperti : hati, paru-paru, jantung dan saluran cerna. Fungsi dasar yang penting bagi kehidupan seperti makan, metabolisme, sirkulasi darah dan pernafasan dikendalikan dengan bantuan susunan saraf otonom. Susunan saraf otonom dibagi menjadi susunan saraf simpatik (menyebabkan tubuh dalam keadaan aktif) dan susunan saraf para simpatik (sistim pengontrol konstruktif dan menyenangkan).
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat lobus yaitu:
a.      Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
b.     Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi menginterpretasikanØ sensasi, berfungsi mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
c.      Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau, pendengaran dan ingatan jangka pendek.
d.     Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan. Otak menerima 20% dari curah jantung dam memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang peling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa.
Dan 65% dari kebutuhan glukosa tubuh digunakan untuk metabolisme otak yang mana 90% aerobic dan 10% anairobik. Bila otak tidak mendapat aliran darah selama 3 – 6 menit akan timbul gangguan fungsional dan kerusakan structural secara menetap. Otak berfungsi sebagai pusat integrasi dan koordinasi organ-organ sensorik dan sistim efektor perifer tubuh, sebagai pengatur informasi yang masuk, simpanan pengalaman, impuls yang keluar dan tingkah laku. Dari dalam ke arah luar otak diselubungi oleh tiga lapisan meningen, lapisan pelindung yang paling luar adalah tengkorak. Otak bukan masa yang uniform, melainkan suatu organ yang sangat kompleks. Secara fungsional dan anatomis otak dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a.      Batang otak yang menghubungkan medulla spinalis dengan serebrum terdiri dari medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah).
1)     Medulla oblongata adalah bagian otak yang langsung menyambung dengan medulla spinalis. Berkas saraf yang berjalan disini berasal dari serebrum dan berfungsi untuk pergerakan otot rangka. Di medulla oblongata berkas ini menyebrang ke sisi yang berlawanan yang disebut jalan/ traktus poramidalis. Itu sebabnya jika kerusakan otak bagian kiri akan menyebabkan kelumpuhan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Selain traktus piramidalis ada kelumpuhan sel-sel saraf yang terdapat di medulla oblongata yakni pusat otot yang mengontrol fungsi vital seperti pernafasan, denyut jantung dan tonus pembuluh darah.
2)     Pons berupa ninti (neucleus). Pons merupakan switch dari jalur yang menghubungkan korteks serebri dan serebllum.
3)     Mesensefalon merupakan bagian otak yang sempit terletak antara medulla oblongata dan diensefalon. Pada mesensefalon terdapat formation retikularis, suatu rangkaian penting yang antara lain mengatur irama tidur dan bantun, mengontrol refleks menelan dan muntah.
b.     Otak kecil (cerebelum)
Cerebellum terletak dibelakang fossa krenialis dan melekat ke bagian belakang batang otak. Cerebllum berperan penting dalam menjaga keseimbangan dan mengatur koordinasi gerakan yang diterima dari segmrn posterior medulla spinalis yang memberi informasi tentang keregangan otot dan tanda serta posisi-posisi sendi.
c.      Otak besar (cerebrum)
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar dan terbagi atas dua belahan yaitu : hemisper kiri dan kanan. Sebagian dari kedua hemisper dipisahkan oleh pistula longitudinal dan sebagian dipersatukan oleh pita serabut saraf yang melebar (korpus kolosum).
d.        Diensefalon
Dibagi menjadi empat wilayah :


1)     Thalamus
Thalamus merupakan stasiun pemancar yang menerima impuls ageren dari seluruh tubuh lalu memprosesnya dan meneruskannya ke segmen otak yang lebih tinggi. Kapsula interna yang terletak disekitar thalamus berupa berkas saraf penting yang datang dari serebri dan dikompres kedalam rongga yang kecil.
2)     Hipotalamus
Hypothalamus merupakan pusat pengontrol susunan saraf otonom juga mempengaruhi metabolisme, observasi makanan dan mengatur suhu tubuh, karena letaknya sangat dekat dengan kelenjar pitviteri.
3)     Subtalamus
Fungsinya belum dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus dapat menimbulkan diskenisia diamatis yang disebut nemibalismus yang ditandai oleh gerakan kaki atau tangan yang terhempas kuat pada satu sis tubuh. Gerakan infontuler biasanya lebih nyata pada tangan dan kaki.
4)     Epitalamus
Epitalamus dengan sistim limbic dan berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integrasi informasi olfaktorius.
Pembuluh darah yang mendarahi otak tardiri dari :
a.      Sepasang pembuluh darah karotis : denyut pembuluh darah besar ini dapat kita raba dileher depan, sebelah kiri dan kanan dibawah mandibula, sepasang pambuluh darah ini setelah masuk ke rongga tengkorak akan bercabang menjadi tiga :
1)     Sebagian menuju ke otak depan (arteri serebri anterior)
2)     Sebagian menuju ke otak belakang (arteri serebri posterior)
3)     Sebagian menuju otak bagian dalam (arteri serebri interior)
Ketiganya akan saling berhubungan melalui pembuluh darah yang disebut arteri komunikan posterior.
b.    Sepasang pembuluh darah vertebralis : denyut pembuluh darah ini tidak dapat diraba oleh karna kedua pembuluh darah ini menyusup ke bagian samping tulang leher, pembuluh darah ini mendarahi batang otak dan kedua otak kecil, kedua pembuluh darah teersebut akan saling berhubungan pada permukaan otak pembuluh darah yang disebut anastomosis.

C.    Etiologi
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
1.     Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis tuberose, neurofibromatosis.
2.     Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor pada manusia masih belum jelas.
3.     Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
4.     Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.

D.    Klasifikasi
Tipe Kasus Patologi
1.     Glioma
Jumlah ½ tumor otak Tumbuh pada tiap jaringan dari otak. Infiltrasi dari terutama ke jaringan hemisfer cerebral. Tumbuh sangat cepat, sebagian orang bias hidup beberapa bulan sampai tahun. Meningoma 13 % sampai 18 % tumor primer intracranial Tumbuh dari selaput eningeal otak. Biasanya jinak tapi bisa berubah menjadi maligna. Biasanya berkapsul dan penyembuhan melaui bedah sangat mungkin. Pertumbuhan kembali mungkin. Tumor Pituitari Tumor pada semua kelompok umur, tapi lebih sering pada wanita. Tumbuh dari berbagai jenis jaringan. Pendekatan pembedahan biasanya berhasil. Kekembuhan kembali mungkin.
2.     Neuroma (Schwannoma, neuro)
Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi maligna. Akan tmbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar karena lokasinya.
3.     Tumor Metastase
Dari 2 % sampai 20 % penderita kanker terjadi metastase ke otak Sel kanker menjangkau otak lewat sistem sirkulasi. Reaksi bedah sangat sukar, pemgobatan kurang berhasil. Pemulihan dibawah satu tahun atau dua tahun tidak biasa.

E.    Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala penurunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim, kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.

F.     Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala tumor otak sangat bervariasi, tergantung pada tempat lesi dan kecepatan pertumbuhannya, antara lain :
1.     Daerah Otak Tanda dan Gejala
2.     Lobus Frontalis Gangguan kepribadian
3.     Epilepsi
4.     Afasia mototik
5.     Hemiparesis
6.     Ataksia
7.     Gangguan bicara
8.     Gangguan gaya berjalan
9.     Lobus Oksipitalis Gangguan penglihatan
10.  Lobus Temporalis Halusinasi
11.  Kejang psikomotor
12.  Tinitus (bunyi berdengung atau berdesing)
13.  Kesulitan menyebutkan objek
14.  Lobus Parietalis Tidak mampu merekam gambar
15.  Tidak dapat membedakan mana kiri mana kanan.
G.   Pemeriksaan Diagnostik
1.     Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
2.     CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
3.     Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
4.     Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
5.     Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
6.     Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

H.    Penatalaksanaan Medis
1.     Pembedahan.
Craniotomi
2.     Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal.
Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
3.     Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4.     Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.


I.      Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
1.     Gangguan fisik neurologist
2.     Gangguan kognitif
3.     Gangguan tidur dan mood
4.     Disfungsi seksual


BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.     Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan dan kesehatan
a.      Riwayat keluarga denga tumor
b.     Terpapar radiasi berlebih.
c.      Adanya riwayat masalah visual-hilang ketajaman penglihatan dan diplopia
d.     Kecanduan Alkohol, perokok berat
e.      Terjadi perasaan abnormal
f.       Gangguan kepribadian / halusinasi
2.     Pola nutrisi metabolic
a.      Riwayat epilepsy
b.     Nafsu makan hilang
c.      Adanya mual, muntah selama fase akut
d.     Kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan
e.      Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan Faringeal)
3.     Pola eliminasi
a.      Perubahan pola berkemih dan buang air besar (Inkontinensia)
b.     Bising usus negatif
4.     Pola aktifitas dan latihan
a.      Gangguan tonus otot terjadinya kelemahan otot, gangguan tingkat kesadaran
b.     Resiko trauma karena epilepsy
c.      Hamiparase, ataksia
d.     Gangguan penglihatan
e.      Merasa mudah lelah, kehilangan sensasi (Hemiplefia)
5.     Pola tidur dan istirahat
a.      Susah untuk beristirahat dan atau mudah tertidur
6.     Pola persepsi kognitif dan sensori
a.      Pusing
b.     Sakit kepala
c.      Kelemahan
d.     Tinitus
e.      Afasia motorik
f.       Hilangnya rangsangan sensorik kontralateral
g.      Gangguan rasa pengecapan, penciuman dan penglihatan
h.      Penurunan memori, pemecahan masalah
i.       kehilangan kemampuan masuknya rangsang visual
j.       Penurunan kesadaran sampai dengan koma.
7.     Tidak mampu merekam gambar
a.      Tidak mampu membedakan kanan/kiri
8.     Pola persepsi dan konsep diri
a.       Perasaan tidak berdaya dan putus asa
b.       Emosi labil dan kesulitan untuk mengekspresikan
9.     Pola peran dan hubungan dengan sesame
a.      Masalah bicara
b.     Ketidakmampuan dalam berkomunikasi (kehilangan komunikasi verbal/bicara pelo)
10.  Reproduksi dan seksualitas
a.       Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
b.       Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
11.  Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
a.       Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
b.       Mekanisme koping yang biasa digunakan
c.       Perasaan tidak berdaya, putus asa
d.       Respon emosional klien terhadap status saat ini
e.       Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
f.        Mudah tersinggung
12. 
1.     Sistem kepercayaan
a.       Agama yang dianut, apakah kegiatan ibadah terganggu
A.    Diagnosa Keperawatan
1.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan tidak nafsu makan / pertumbuhan sel-sel kanker
2.     Nyeri kepala berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker pada otak/mendesak otak.
3.     Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
4.     Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
5.     Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
6.     Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi
7.     Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan

B.    Intervensi
Dx             :Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan       : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1.     Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2.     Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk mengurangi nyeri
3.     Atur posisi pasien senyaman mungkin
      R/untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien
4.     Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
5.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
Dx                          : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan     mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan        : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
a.      Nutrisi klien terpenuhi
b.     Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1.     Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2.     Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
3.     Beritahu makanan dengan gizi yang seimbang.
R/ agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
4.     Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5.     Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak

Dx              : Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan gangguan pergerakan dan kelemahan.
Tujuan        : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali aktifitas.
Rencana tindakan :
1.     Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan ( 0-4 )
R /seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2.     Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
R /Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3.     Bantu untuk melakukan rentang gerak
R /Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi
4.     Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai kemampuan
R /Proses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala, keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5.     Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R /Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
6.     Anjurkan pasien untuk melatih gerak sendi sesuai dengan kemampuan
R/untuk mempercepat dalam proses mobilitas

Dx              : Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
Tujuan        : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di ekspresikan
Kriteria Hasil :
1.     Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
2.     Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
3.     Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
a.      Kaji tipe/derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata atau mangalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri
R/ Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi dan kesulitan pasien dalam bebrapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
b.     Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik
R/ Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapn yang keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkan tidak nyata.
c.      Minta pasien untuk mengikuti perintah sederhana
R/menilai adanya kerusakan motorik
d.     Katakan secara langsung pada pasien, bicara perlahan dan tenang
R/ menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan respon pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu.
e.     Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk berkomunikasi secara efektif
R/untuk mengurangi kebingungan selama proses berkomunikasi

Dx              :Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri.
Tujuan        : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Intervensi:
1.     Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.
R/: Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2.     Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/: Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3.     Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.
R/ : Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4.     Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/: Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

Dx              : Kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan penanganan penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan        : Pengetahuan pasien bertambah mengenai penyakitnya dan penanganan penyakit setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pasien mengerti penyebab tumor otak dan komplikasinya.
Rencana Keperawatan :
1.     Kaji pemahaman pasien, keluarga mengenai penyebab tumor otak dan penanganannya.
R /Instruksi dasar untuk penyuluhan lebih lanjut.
2.     Jelaskan konsekuensinya sesuai dengan tingkat pemahaman klien.
R /Menambah pengetahuan pasien.
3.     Bantu pasien untuk mengidentifikasi cara-cara memahami perubahan akibat penyakit.
R /Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah.

Dx              : Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
Tujuan        :Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1.     Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2.     Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3.     Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medic
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4.     Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar